Selasa, 25 Maret 2014

Ini Wagub Pilihan Ahok Jika Jadi Gubernur menggantikan Jokowi.

"Kalau boleh, saya pilih Pak Djarot."

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama 
Wacana Basuki Tjahaja Purnama menggantikan Joko Widodo terus mengemuka. Ahok, sapaan Basuki, digadang-gadang menjadi gubernur jika Jokowi meninggalkan kursi DKI 1. Untuk diketahui, Jokowi sudah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden.

Namun, Ahok, panggilan akrab Basuki, mengaku saat ini masih fokus pada urusannya sebagai Wakil Gubernur Jakarta. Ditanya tentang siapa yang akan mendampinginya bila ia duduk di kursi gubernur nanti, mantan Bupati Belitung Timur ini mengatakan bahwa itu urusan partainya.

"Tidak mikirlah kalau yang urusan itu. Saya tidak tahulah urusan partai, saya kerja sama dengan siapapun oke-oke sajalah," kata Ahok saat ditemui usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jakarta tahun 2014 di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 25 Maret 2014.

Ketika ditanya lebih lanjut, Ahok mengaku sudah menyiapkan nama untuk menjadi wakilnya bila ia naik menjadi gubernur. "Kalau boleh, saya pilih Pak Djarot (Djarot Saiful Hidayat), bekas wali kota, karena sudah terbukti 10 tahun di Blitar," ujar Ahok.

Djarot Saiful Hidayat adalah mantan Wali Kota Blitar yang menjabat selama dua periode dari tahun 2000 sampai 2010.

Sebelumnya Ahok juga pernah menyebutkan beberapa nama seperti Rieke Dyah Pitaloka dan aktivis anti korupsi, Teten Masduki untuk menjadi calon wakilnya. Ditanya tentang siapa yang dia pilih antara Teten Masduki atau Djarot Saiful Hidayat, ia tetap lebih memilih Djarot. "Kalau aktivis kan belum terbukti di pemerintahan," ucap Ahok.

Ia beralasan, lebih memilih Djarot yang sudah berpengalaman karena wakil gubernur adalah pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi. "Bukan berarti Teten tak bisa atau integritasnya kurang, tapi di sini kan stresnya tinggi. Di sini kan bukan cuma latihan otak tapi latihan otot, otot jantung sama saraf supaya enggak kena struk," ujarnya sambil tertawa.

Meski demikian, Ahok mengaku bila pun ia naik menjadi gubernur nanti dan membutuhkan wakil, pemilihan wakil itu tetap berada dalam ranah wewenang partai.

Untuk diketahui, pada Pilkada DKI 2012 lalu, Ahok maju sebagai wakil gubernur diusung oleh partai Gerindra. Sedangkan Jokowi dari PDIP. "Tapi nanti tergantung PDIP mau kasih siapa," ujar Ahok.

Jokowi telah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden dari PDIP sejak Jumat, 14 Maret 2014 lalu. Jokowi mengaku mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Seokarnoputri untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014. Deklarasi ini dilakukan Jokowi ketika dia tengah blusukan di Marunda, Jakarta Utara.

Seperti apa  sosok Djarot Saiful Hidayat ?? Berikut Ulasannya :

Djarot Saiful Hidayat

Foto:

 


Nama Lengkap : Djarot Saiful Hidayat

Alias : Djarot

Profesi : -

Agama : Islam

Tempat Lahir : Gorontalo

Tanggal Lahir : Minggu, 30 Oktober 1955

Zodiac : Scorpion

Warga Negara : Indonesia


Istri : Dra. Hj. Heppy Farida
Anak : Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana
BIOGRAFI

Djarot Saiful Hidayat dilahirkan pada tanggal 30 Oktober 1955. Dia lahir di Gorontalo, Indonesia. Dia adalah salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Selain itu, dia pernah dilantik untuk menjabat sebagai Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah jawa Timur dari tahun 1999 sampai 2000. Sebelum berkecimpung sebagai aktivis politik, Djarot Saiful Hidayat memiliki mata pencaharian utama sebagai Dosen / Guru Besar di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Tidak hanya sebagai dosen, dia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di universitas tersebut pada tahun 1997 hingga 1999.

Dalam pengembaraan ilmunya, Djarot Saiful Hidayat, atau akrab disapa dengan nama Djarot, menimba ilmu di Universitas Brawijaya (UB), Malang, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Setelah menamatkan pendidikannya di UB pada tahun 1986, dia mendapatkan gelar Sarjana (S1). Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dengan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Politik hingga ia memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.

Meskipun ia dilahirkan di Gorontalo, Djarot pernah menjabat sebagai Walikota Blitar dalam 2 periode, dengan masa jabatan dari tahun 2000 hingga 2010. Sebagai seorang pimpinan di kota Blitar, dia sangat membatasi adanya kehidupan metropolitan yang serba mewah di kotanya, seperti berdirinya Mall bertingkat-tingkat dan gedung-gedung pencakar langit. Dia lebih suka pedagang kaki lima yang mendominasi roda perekonomian di kotanya.

Dengan konsep matang yang telah ia rencanakan, dia berhasil menata 1000'an pedagang kaki lima yang dulunya kumuh di kompleks alun-alun menjadi tertata rapi. Rencana yang ia terapkan ternyata berhasil mendongkrak perekonomian di Blitar, tanpa adanya mall dan supermarket layaknya di kota-kota besar.

Atas kontribusi positif yang telah ia buat sebagai seorang walikota, dia mendapatkan Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah pada tahun 2008. Djarot juga mendapatkan Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan, Anugerah Adipura dalam 3 tahun berturut-turut, yakni tahun 2006, 2007, dan 2008.

Riset dan analisa oleh: Giri Lingga Herta Pratama

PENDIDIKAN
  • S1 di Universitas Brawijaya, Malang Fakultas Ilmu Administrasi  (1986)
  • S2  di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Fakultas Ilmu Politik (1991)
  • International Workshop
  • Universitas Amsterdam (2002)
KARIR
  • Dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
  • Pembantu Rektor I Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya (1997-1999)
  • PD I FIA, UNTAG Surabaya (1984-1991)
  • Dekan FIA, UNTAG Surabaya (1991-1997)
  • Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur (1999-2000)
  • Wali Kota Blitar selama dua periode (2000-2010)
  • Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan (2005-2010)
  • Ketua I Pappuda PDI Perjuangan (1999)
  • Deputi I BADIKLATDA Jawa Timur (2001)
  • Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur (1999-2000)
  • Ketua Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan (2010-2015)
  • Ketua DPD PA GMNI Jawa Timur (2010-2014)
PENGHARGAAN
  • Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (2008)
  • Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan, Anugerah Adipura (2006, 2007, dan 2008)
  • Otonomi Award dari Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP).
  • Penghargaan atas terobosan inovasi daerah se-Provinsi Jawa Timur di dalam pembangunan daerahnya (30 April 2008)
  • Penghargaan Upakarti (2007)
  • Peringkat Pertama dalam penerapan E-Government di Jawa Timur (22Maret 2010)

Sumber: http://metro.news.viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar